Kamis, 03 Mei 2018

Jagalah Harga Dirimu



Oleh KH. Imam Zarkasyi
 Ketika berusia 40-50 tahun, ada yang mengajak saya nonton film di bioskop. Film itu dibintangi artis terkenal tahun 1950-an, Nurnaningsih. Di dalam cerita itu, Nurnaningsih menjadi gadis ‘panggilan’. Dia tinggal di suatu rumah. Sebentar-sebentar ada mobil yang datang mengambilnya dan kemudian mengembalikannya. Begitu berulang kali. Kemudian bintangnya satu lagi seorang pemuda bekas pejuang, masuk kota. Dia tidak punya apa-apa. Pakaiannya agak kumal. Dia tidak begitu gagah. Tapi Nurnaningsih (Nung) jatuh cinta kepada pemuda yang bernama Edy itu.
Saat adegan berdialog antara mereka berdua, ada ungkapan yang sangat menggores hati. Dalam dialognya, Edy berkata kepada Nung yang isinya terkesan mengejek. "Kamu Nung, mewah. Rumahmu bagus, pakaianmu serba indah. Tapi kamu murah, bisa dibeli. Saya kaya. Segala apa-apa ada pada saya, hanya uang saya tidak punya.” Sepulang menonton, kata-kata itu masih terngiang-ngiang di telinga. Saya berpikir. "Punya segala-galanya tapi tidak punya uang".
Sesudah beberapa minggu, barulah saya mengerti cerita ini. Ternyata, orang yang masih bisa dibeli itu murah. Tidak ada harganya. Yang mahal itu yang tidak bisa dibeli. Ilmu tidak bisa dibeli. Orang bisa dibeli. Ada lagi yang lebih mahal dari ilmu, yaitu harga diri atau kehormatan. Inilah yang sama sekali tidak bisa dibeli. Orang yang pernah tidak jujur, seumur hidup tidak dipercaya. Orang yang pernah menipu, sulit mendapat kepercayaan.
Seorang menteri pada era Soekarno, yaitu Mr. Iskak korupsi. Saat itu tindak korupsi mudah diketahui karena belum ramai seperti sekarang. Sejak itu sampai sekarang, kita tidak pernah mendengar dan disebut-sebut nama Mr. Iskak lagi. Artinya, hilang harga dirinya, sulit juga mencari menantu. Akibatnya sampai ke sana. Meski punya berjuta-juta uang, seseorang tidak akan bisa menebus harga dirinya.
Ada rombongan mahasiswa datang ke pondok. Mereka mau minta nasihat, minta pertimbangan, dan mengadu, "Bagaimana Pak nasib kami ini. Orang lain telah bersiap untuk diangkat menjadi pegawai ini dan itu. Kami belum. Masa depan kami gelap." Jawab saya, "Salah. Kamu manusia yang masih utuh. Tanganmu dua, kakimu dua, matamu dua. Otakmu sehat, tidak gila. Bahkan kamu terpelajar sebagai mahasiswa. Mengapa kamu bingung? Mengapa merasa gelap masa depanmu? Harga dirimu masih utuh. Kamu belum pernah menipu, belum pernah tertangkap karena mencuri.”
Jawaban saya itu sekarang saya sampaikan untukmu. Kamu orang mahal dan tidak bisa dibeli. Perkara kamu sekarang tidak punya uang, itu lain. Kalau kamu melihat masa depanmu gelap, salahmu sendiri. Kamu dihantui setan dan Iblis. Kamu harus tahu diri. Seberapa besar harga dirimu, kamu harus menghargai dirimu sendiri, tapi jangan sampai minta dihargai. Kamu harus tahu harga dirimu, jangan kamu jual murah.
Kami pernah menerima tamu yang mendapat gelar doktor di Amerika. Salah satu yang dibicarakan adalah cerita seseorang yang terlalu mementingkan uang. Komentarnya, "Orang itu barangkali belum mendengar dongengnya Nurnaningsih.” Kata-kata tamu bergelar doktor itu sama dengan yang saya ceritakan kepada kalian tadi. Harta itu tidak terlalu berharga. Yang berharga adalah kehormatanmu dan mentalmu.
Satu lagi cerita tamsil. Ada anak dari sini yang pintar tapi nakal. Sering keluar negeri. Dia belajar di Madinah sampai selesai, lalu ke Mesir hingga mencapai gelar master. Sesudah itu pulang ke Indonesia. Dia melamar menjadi pegawai di IAIN Jakarta, namun langsung ditolak rektornya karena dia tahu riwayat orang itu, tahu seberapa besar harga dirinya. Akhirnya, dia menjadi guru dan pengawas asrama putra-putri. Kelanjutannya, na’udzubillah. Dia tertangkap basah berduaan dengan perempuan.
Kalau sudah begitu, seberapa besar harga dirinya. Ini betul-betul terjadi. Sampai di mana dia bisa menegakkan benang basah? Sulit orang yang sudah jatuh seperti itu. Karena itu, kepribadianmu, otakmu yang sehat, dan mentalmu yang baik ini lebih mahal dari segala-galanya. Kamu ini belum jatuh, masih utuh. Maka peliharalah kepribadianmu baik-baik. Ini modal hidupmu yang paling utama. Kamu akan hidup di kota, di desa, di mana saja. Modalmu yang satu ini jangan sampai berkurang. 
Jangan berkecil hati menghadapi kehidupan, jangan berkecil hati menghadapi masyarakat, tapi jagalah pribadimu. Jaga harga dirimu baik-baik. Anak-anak kelas enam tinggal menyisakan beberapa bulan lagi. Hati-hati, tinggal mengambil buahnya di atas, jangan sampai terjatuh. Sudahi dengan husnul khitam. Berbahagialah anak-anak yang sampai husnul khatimah di pondok dan di dunia ini. Orang-orang yang sudah tua seperti saya pun selalu berkeinginan untuk mendapatkan derajat husnul khatimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar