Kamis, 03 Mei 2018

Kemampuan BerBahasa Asing




Inginkah pandai berbicara lancar dan berpidato lancar dalam bahasa Arab atau Inggris? Dan akhirnya menguasai dua bahasa tersebut?
Perhatikanlah anjuran ini sebaik-baiknya!
Minimum
Untuk beberapa kepentingan pendidikan dan kemajuan pelajaran, syarat paling minimum adalah: tinggalkan bahasa daerah sama sekali. Kalau terpaksa, boleh berbisik-bisik dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Dasar
Tiap-tiap bahasa ada bahasa dasar, yakni bahasa yang amat sederhana yang terpakai dalam segala percakapan, khususnya dalam percakapan sehari-hari (daily conversation).
Jadi, bahasa dasar itu berwujud:
a.            Kata-kata yang selalu terpakai sehari-hari.
b.            Susunan-susunan yang mudah dan lazim terpakai.
Bahasa dasar ini harus masak dan kuat, harus dikuasai dengan sebaik-baiknya. Dapat mempergunakan tiap-tiap kata dalam segala tempat dengan betul, harus lancar, tidak dengan diingat-ingat sebelumnya sehingga dapat dikatakan malakah.
Artinya, bahasa itu sudah menjadi miliknya.
Apabila bahasa dasar ini telah masak, akan mudah dan kuat sekali untuk ditingkatkan dan diperluas kemampuannya.
Jalannya
Untuk memasakkan bahasa dasar ini tidak ada jalan yang lebih baik dan termodern selain dengan cara dipraktikkan, dipakai sebanyak-banyaknya sepanjang hari di mana pun dan kapan saja.
Bahasa dasar ini tidak banyak, dalam bahasa Inggris hanya 500 perkataan. Namun, memasakkan 500 ini harus memakai cara yang terbaik, tidak dapat dengan cara menghafalkan dari kamus.
Untuk mempraktikkan itu amat mudah sekali apabila tahu rahasianya. Rahasia yang terpenting adalah: Harus berani membuang rasa segan atau malu dan tidak khawatir salah.
Ingat!
1.            Jika tidak berani berkorban dengan membuang malu atau segan sejak permulaan, selama-lamanya tidak akan dapat berbicara bahasa asing.
2.            Tidak ada orang berbicara dengan tidak bersalah.
3.            Orang Indonesia ke Mekkah yang bergerombol-gerombol dengan tidak memakai disiplin bahasa, meskipun sudah 10 tahun atau lebih, setelah pulang, tetap tidak tahu bahasa Arab. Atau tahu sedikit, tetapi bahasa pasaran atau amiyah.
4.            Orang-orang Indonesia yang pergi belajar ke negeri Arab. Di sana mereka segan, bergaul dengan teman sekampung saja, dan berbicara dengan bahasa kampungnya, kurang berani bergaul dengan orang sana, tidak ada disiplin. Akhirnyaa setelah pulang, tetap tidak cakap berbahasa Arab sebagaimana yang kita harapkan.
5.            Sebaiknya anak-anak kita yang di As-Salam ini dengan keberanian dan disiplin yang kuat, dalam beberapa bulan, syukur beberapa tahun, dapat lancar berbicara sehingga mendapatkan simpati dari masyarakat. Kemudian dapat menulis dan membaca kitab dalam bahasa Arab.
6.            Sampai banyak orang yang menanyakan dan ingin mencari jalan, apa faktor dan bagaimana cara melancarkan bahasa-bahasa asing di As-Salam.
Demikianlah bukti-bukti kemanjuran cara Pondok Pesantren Modern As-Salam. Dan memang itulah cara yang termodern di dunia ini dalam mempelajari bahasa asing.
Barang siapa yang lekas-lekas berani mulai, dan selalu berdisiplin sambil berusaha bagaimana ia berbicara sefasih-fasihnya, dialah yang paling beruntung dan paling maju.

Keberanian + disiplin = untung
Malu/segan + tidak disiplin = buntung
Bahkan akan menerima akibat pahitnya.
Sebesar keinsafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.
Bahasa ini lebih utama pula untuk kelas yang lebih tinggi. Pelajar-pelajar kelas tertinggi jangan mengira disiplin sudah tidak perlu. Bahkan di kelas yang tertinggi, disiplin harus lebih kuat, bahasanya harus lebih luas, dan susunan kata-katanya harus lebih tinggi.
Harus memiliki banyak kata-kata (mufradat) dan dapat memakainya, dan harus memiliki banyak macam susunan kalimat atau uslub.
Merasa beruntung itu baik, tetapi merasa telah pandai berarti jahil murakkab, yakni suatu kesesatan.
Kelas 3 aliyah jangan malu atau takut salah berbicara dengan adik kelas. Demikian pula dengan kelas 2 aliyah, jangan malu atau takut salah berbicara dengan adik-adik kelasnya. Demikian seterusnya.
Ingat, akibat tidak berdisiplin akan tetap dirasakan oleh yang bersangkutan.
Setiap tahun selalu ada anak yang menjadi korban tidak berdisiplin.
Berkorbanlah, dan jangan menjadi korban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar